Makalah
Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (PDW 2420)
TUNA
NETRA
Oleh:
Melsaria
Permatasari (151134052)
Clara
Endri Prasetiyani (151134087)
Johanes
Dwi Kurniawan (151134184)
Ayuditya
Widya Cahyani (151134217)
Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mata sebagai salah satu komponen dalam
panca indra manusia mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab setiap manusia
beraktivitas selalu menggunakan indra penglihatannya. Melalui indra penglihatan
manusia mampu melakukan pengamatan terhadap lingkungan. Melalui indra ini pula
sebagian besar informasi akan diterima untuk selanjutnya diteruskan ke otak
sehingga timbul kesan/ persepsi dan pengertian terhadap rangsang tersebut.
Dengan terganggunya indra penglihatan manusia akan kehilangan fungsi kemapanan
visualnya untuk merekam peristiwa di lingkungannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Siapakah
penemu huruf Braile?
2. Apa pengertian tunanetra?
3. Bagaimana
cara mengidentifikasi anak tunanetra?
4. Apa
faktor penyebab tunanetra?
5. Apa
ciri-ciri tunanetra?
6. Apa
tipe-tipe tunanetra?
7. Bagaimana
cara pendampingan anak tunanetra?
8. Permainan
apa yang dapat diberikan kepada
tunanetra?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Penemu huruf Braile
Louis Braille
dilahirkan pada 4 Januari 1809 di Coupvray, sebuah kota kecil di dekat Paris,
Prancis. Beliau orang yang pertama kali memperkenalkan kode atau huruf braille
yang digunakan untuk para tunaneta agar dapat membaca.
2. Pengertian Anak Tunanetra
Dalam bidang pendidikan anak luar biasa, anak dengan
gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra. Pengertian anak
tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu
melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup sehari-hari terutama dalam belajar.
Jadi,
anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision”, atau rabun adalah bagian
dari kelompok anak tunanetra. Dari uraian di atas, pengertian anak tunanetra
adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya
orang awas.
3.
Cara
Mengidentifikasi Anak Tunanetra
Anak-anak
dengan ganguan penglihatan ini dapat dapat diketahui dalam kondisi berikut:
·
Ketajaman
penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang dewasa.
·
Terjadi
kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
·
Posisi
mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
·
Terjadi
kerusakan suasunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Dari kondisi-kondisi di atas, pada umumnya yang digunakan
sebagai patokan apakah seseorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah
berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui
ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card.
Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya
kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada
jarak 6 meter yang oleh awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
4. Apa
ciri-ciri tunanetra?
a.
Ciri – ciri fisik pada pengidap tuna
netra
1. Mata
nampak tidak sejajar
2. Lingkaran
mata merah, kelopak mata bengkak, mata mengeras
3. Terjadi
radang atau mata berair
4. Mata
sering merah, membengkak, dan sakit
b. Ciri
– ciri sosial pada anak pengidap tuna netra
1. Kesulitan
membaca atau kesulitan lainnya yang melibatkan banyak fungsi mata
2. Mengedip
lebih sering dibanding biasanya
3. Memegang
buku sangat dekat dengan mata
4. Tidak
mampu melihat benda pada jarak yang jauh
5. Tidak
mampu melihat jelas
6. Mengalami
sakit kepala dan mual saat menggunakan fungsi mata
7. Penglihatan
kabur atau ganda
5.
Tipe-Tipe Tunanetra
Tipe tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu ;
1. Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang
cahaya dari luar (visusnya= 0).
2. Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman
lebih dari 6/21, atau anak hanya mampu
membaca headline pada surat kabar.
6. Faktor-Faktor Penyebab Ketunanetraan
Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini sudah jarang atau
bahkan tidak lagi ditemukan anggapan bahwa ketunanetraan itu disebabkan oleh
kutukan Tuhan atau Dewa.
Secara ilmiah
ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, apakah itu faktor
dalam diri anak (internal) ataupun faktor dari luar anak (eksternal). Hal-hal
yang termasuk faktor internal yaitu faktor-faktor yang erat hubungannya dengan
keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen
(sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat,
dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang termasuk faktor eksternal diantaranya
faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya:
kecelakaan, terkena penyakit siphilis
yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat
melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin,
terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta
peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus.
7. Pendampingan Anak Tunanetra
Pendekatan
baru untuk mengajar anak dengan hambatan penglihatan yakni pemberian
latihan-latihan yang lebih banyak terhadap kemampuan. Misalnya menggunakan
tongkat putih (white cane) dikenal dengan sebutan hoover cane agar
dapat melakukan bepergian secara aman, mandiri, dan efektif. Kegiatan latihan
ini dikenal dengan orientasi mobilitas atau mobility training. Orientasi
(orientation) diartikan sebagai kemampuan mengetahui posisi diri
berkaitan dengan objek-objek lain yang berada dalam suatu ruangan tertentu.
Sedangkan mobilitas (mobility) diartikan sebagai kemampuan untuk
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, objek ,atau lingkungan tertentu
secara aman, mandiri, dan efektif. (Ashman & Elkins, 1994).
Menurut
Lowenfeld (dalam Sugiamin1975) ada 3 prinsip dalam proses yang harus
diperhatikan pendidikan bagi anak berkelainan indra penglihatan, yaitu;
1. Pengalaman konkrit
Siswa dapat mengenali
obyek melalui benda yang dapat disentuh sehingga dapat mengetahui kualitas
bentuk, ukuran, dan orientasi yang tidak dapat dipahami.
2. Kesamaan pengalaman
Agar mendapatkan
pandangan yang menyeluruh siswa berkelainan penglihatan perlu diberi pengalaman
yang sistematis melalui indra orang lain.
3. Belajar dengan
bertindak
Siswa harus dijalin
supaya aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Adapun beberapa
kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran para tunanetra antara lain:
a. Bacaan dan tulisan
Braille.
Huruf Braille adalah
suatu sistem yang menggunakan kode berupa titik-titik yang ditonjolkan untuk
menunjukkan huruf, angka, dan simbol-simbol lainnya.
b. Keyboarding.
Kemampuan menggunakan
keyboard merupakan cara agar tunanetra dapat berkomunikasi dalam bentuk tulisan
dengan orang lain.
c. Alat bantu
menghitung.
Sempoa dan kalkulator
menjadi alat bantu yang penting bagi orang-orang tunanetra.
d. Optacon.
Mesin ini bisa membuat
penyandang tunanetra mengakses materi-materi yang dulu tidak mungkin diperoleh,
kendalanya adalah harganya yang mahal.
e. Mesin baca Kurzweil.
Mesin ini dapat membaca
buku yang tercetak hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bentuk suara.
f. Buku bersuara talking
book telah menjadi alat pendidikan standar bagi
penyandang tunanetra.
g. Teknologi computer.
Kemajuan dalam
teknologi computer memberikan dampak positif dalam pendidikan anak yang
mengalami hambatan penglihatan.
7. Permainan Untuk Anak Tunanetra
Blok Lego yang memiliki alfabet Braille
dapat membantu anak-anak tunanetra belajar membaca. Lego
Braille ini berfungsi sebagai salah satu sarana pembelajaran bagi anak-anak
tunanetra untuk membantu mereka mengintegrasikan lebih baik dengan visual, dan
memperbanyak fasilitas pendukung pembelajaran untuk mereka.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup
juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar.
Daftar Pustaka:
Sumber
Sutjihati
Somantri, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung, PT. Refika
Aditama.
Web:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar